Menu

Rabu, 31 Agustus 2011

Makna Lebaran di Mata Partai Politik

Terlepas dari kontroversi masalah jatuhnya tanggal 1 Syawal 1432 H di bumi pertiwi ini, mayoritas masyarakat Indonesia melaksanakan ibadah shalat Iednya pada tanggal 31 Agustus 2011 sesuai dengan keputusan yang diambil oleh Kementrian Agama. Berbagai acara televisi pun menayangkan program2 unggulan edisi lebaran, tak terkecuali TVone.

Malam itu, acara Apa Kabar Indonesia Malam edisi spesial Lebaran cukup berbeda dari biasanya. Masing-masing perwakilan parpol yang mendominasi pemerintahan saat ini diundang oleh TVone utk hadir di acaranya tersebut. Mereka diundang bukan untuk berdebat soal isu-isu yg beredar saat ini, dari kasus Nazarudin sampai kasus kontroversi 1 Syawal. Mereka datang untuk saling bersilaturahmi di momen lebaran ini. Diskusi ringan dibicarakan dalam forum ini dipandu oleh presenter utama acara ini, Tina Talisa.

Masing-masing dari mereka mengungkapkan makna lebaran bagi diri masing-masing dan kaitannya dengan pemerintahan dan negara Indonesia pada umumnya. Bang Ical selaku perwakilan dari Golkar, Anas Urbaningrum selaku ketua Partai Demokrat, Menteri Agama kita, Suryadarma Ali selaku perwakilan dari PKB, dan nama-nama lainnya bergantian mengungkapkan pendapat mereka masing-masing. Diantara pendapat mereka, ada salah satu pendapat yang cukup berkesan bagi saya yang bakal saya ceritain di sini. Pendapat itu datang dari Bima Arya S, salah satu kader PAN yang sosoknya saya tau lewat komentar2nya di program Democrazy sebelum dirinya bergabung kembali dengan parpol ini.

Dirinya menungkapkan bahwa meskipun selama ini, para perwakilan parpol selalu berdebat panjang di program Jakarta Lawyers Club dan program2 TVone lainnya, tapi ketika mereka mengunjungi masyarakat, ternyata masyarakat masih menaruh harapan besar kepada partai-partai politik yang beredar saat ini. Yang rakyat butuhkan sebenarnya konsistensi kita dalam memegang amanah yang diberikan. Selama kita masih berpegang teguh pada Empat Pilar Bangsa yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, kita bisa mewujudkan kemakmuran di negara ini. Konsistensi itu ditunjukkan dari ucapan dan perbuatan kita. Kalau kita milih untuk jadi oposisi, ya bertindak sebagai oposisi. Klo kita diamanahi untuk menjadi anggota legislatif, maka bertindaklah sebagai anggota legislatif. Hal itu sesuai dengan makna dari apa yang kita jalani selama satu bulan Ramadhan kemarin. Inti dari Ramadhan itu konsistensi dan ibadah. Karena itu egala yang kita perbuat harus kita niatkan untuk ibadah. Pemikiran kita sebagai bentuk ibadah. Ucapan kita sebagai ibadah. Perilaku kita sebagai ibadah.

Acara ini juga menampilkan tokoh Gus Dur yang bangkit dari kuburnya. Lho, kok bisa? Hmm,jangan mikir yg aneh2 dulu,kawan. Di acara ini ada pagelaran wayang dengan Gus Dur sebagai tokoh utamanya yang sedang berdialog dengan seseorang lainnya. Pagelaran ini dimainkan oleh Dalang Ki Enthus dengan sangat kreatif dan cerdas. Dialog2nya bener2 ngasih kritikan yg cukup menggigit terhadap pemerintahan kita saat ini. Ada dialog dan pantun tentang tikus dan kucing. Sama dialog tentang raja yang jelek. Dialog-dialognya sebenernya sangat unik n kreatif banget, cuma sayangnya saya ga sempet ngedokumentasiin jadi ga bisa diceritain disini detailnya. Tapi saya berhasil nemuin potongan ceritanya di sini. Silahkan dicek. Bener2 ngasih inspirasi n hikmah tersembunyi kan ya? Semoga bermanfaat. ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar