Menu

Sabtu, 18 Agustus 2012

Trilogi Merah Putih

Rapel trilogi Merah Putih! Yup, itulah yang paling saya tunggu-tunggu selama peringatan kemerdekaan Repubilik Indonesia yg ke-67 ini. Di hari itu, secara eksklusif, ada sebuah stasiun TV swasta yang menayangkannya selama sehari penuh. Jadi berasa minum obat aja, nonton trilogi ini sejak pagi, siang dan malam hari.hehe.

Film ini memang sengaja dibuat sebagai bentuk persembahan atas perjuangan kedua pamannya untuk mempertahankan kemerdekaan republik ini oleh Hashim Djojohadikusumo, Executive Producer dari trilogi film ini. Berlatar belakang perjuangan mempertahankan kemerdekaan pada agresi militer Belanda I, sekitar tahun 1947-1949, film ini pun dimulai..

Merah Putih

Dibuka oleh adegan pembantaian salah satu keluarga tokoh utama film ini, yaitu Tomas (Donny Alamsyah) di tanah kelahirannya, Sulawesi yang akan menjadi kunci utama di akhir trilogi ini. Adegan selanjutnya membawa kita untuk melihat perjuangan para pejuang kemerdekaan ini yang sedang menuntut ilmu di Sekolah Tentara Rakyat. Di sini kita melihat konflik yang terjadi karena adanya perbedaan latar belakang yang nantinya akan membuat mereka bersatu untuk memperjuangkan tanah air ini. Mereka adalah Soerono (Zumi Zola), seorang bangsawan yg hanya hidup berdua dengan kakaknya, Senja (Rahayu Saraswati); Marius (Darius Sinathrya), teman dekat Soerono yg jg seorang bangsawan yg angkuh; Amir (Lukman Sardi), seorang guru yg bijaksana sehingga menjadi kapten tim pejuang ini; dan Dayan (Teuku Rifky Wikana), seorang ahli pisau yang berasal dari Bali.

Film pertama ini lebih banyak mengenalkan sifat dan karakter mereka selama menjalani pendidikan di sekolah tentara tsb. Hingga akhirnya, di tengah-tengah pesta kelulusan, serbuan dari Belanda menyerang mereka yang sedang santai dan berpesta. Alhasil, tidak ada satupun yang berhasil selamat kecuali mereka berempat  -> Amir, Tomas, Marius, dan Dayan (Soerono tewas karena tertembak). Petualangan mereka untuk melawan Belanda pun dimulai. Salah satunya dengan melakukan kerja sama bersama masyarakat desa, mereka pun berhasil membakar truk bahan bakar tentara Belanda yg akan menjadi langkah awal mereka untuk menghadapi pertempuran selanjutnya..



Darah Garuda

Setelah berhasil membakar bahan bakar para militer Belanda, para pejuang kita berhasil menawan pimpinan Belanda itu yaitu Mayor Van Gaartner (Rudy Wowor). Akibat informasi yg diperoleh darinya, mereka berhasil menemukan istri Amir dan Senja yg dijadikan pekerja rodi di sebuah perkebunan. Selanjutnya mereka pun meneruskan perjalanan untuk bergabung dengan pasukan Jenderal Sudirman di tengah hutan. Meskipun sempat dicurigai oleh mata-mata, mereka pun diizinkan untuk bergabung dalam pasukan intelijen Jenderal Sudirman. Amir pun diangkat sebagai Kapten sementara yang lainnya menjadi Letnan dan mendapatkan tugas untuk menghancurkan lapangan udara Belanda. Mereka mendapat tambahan tim yaitu Senja yang memaksa untuk ikut bergabung meskipun dia perempuan, Sersan Yanto (Ario Bayu) dan Prajurit Budi (Aldy Zulfikar) serta beberapa orang lainnya yang kemudian tewas tertembak oleh tentara Belanda.

Perjalanan berikutnya menuju misi utama dipenuhi oleh berbagai tantangan. Ada pengkhianatan yang mengintai perjalanan mereka sehingga mereka 'terpaksa' ditinggalkan oleh Dayan yang tertangkap pasukan Belanda dan disiksa sampai harus kehilangan lidahnya karena mempertahankan harga dirinya sebagai pejuang kemerdekaan. Sebelum menuju lapangan udara, mereka bertemu dengan pasukan tentara Islam yang menugaskan mereka untuk meledakkan bom di markas besar Belanda yang nantinya akan mengungkapkan pengkhianatan yang tengah terjadi diantara mereka.


Film yang diwarnai oleh ledakan bom dan tembakan pistol dan senjata lainnya antara pejuang kemerdekaan kita dan pasukan Belanda ini berhasil menyajikan cerita perjuangan yang happy ending meskipun diwarnai ketegangan yang bikin para penonton penasaran. Cerita lebih detailnya dapat dibaca di sini.

Hati Merdeka

Film ini dibuka dengan adegan penyamaran para pejuang kita sebagai pelayan bangsawan Belanda yang sedang mengikuti pertandingan golf. Mereka membawa misi untuk mengopi peta pasukan Belanda yg dimiliki bangsawan tersebut. Sayangnya, penyamaran mereka ketauan oleh pihak lawan sehingga adu tembak pun terjadi yang harus menewaskan prajurit Budi. Ironisnya, prajurit Budi memang sengaja 'dikorbankan' dan dieksekusi langsung oleh Kapten Amir karena tertangkap oleh Belanda sementara yang lainnya berhasil kabur. Hal ini membuat Kapten Amir shock sehingga ia bertekad untuk tidak membunuh orang lagi dan meyakinkan dirinya bahwa mereka adalah pejuang kemerdekaan bukan membunuh. Oleh karena itu, ia pun sempat mengundurkan diri untuk menjalani misi selanjutnya yaitu menghentikan kekejaman Kolonel Raymer (Michael Bell) yang telah membunuh banyak rakyat sipil untuk menjatuhkan Indonesia. Salah satu korbannya ialah orang tua Tomas yang ditayangkan di awal adegan trilogi ini.


Untuk menjalankan misi ini, mereka harus menyebrang pulau ke Bali dengan menggunakan kapal milik nelayan. Perjalanan mereka tidak mulus karena sewaktu berada di laut pun pasukan Belanda menyerang kapal mereka. Inilah salah satu adegan yang langka dalam perfilman Indonesia yaitu pertempuran dan adu tembak di atas laut. Para pejuang ini pun berhasil mendarat di Bali dan bersatu dengan pasukan tentara Bali yang dipimpin oleh Letkol Wayan Suta (Nugie). Setelah melalui berbagai pertempuran yang memakan korban (diantaranya Marius dan Wayan Suta), mereka pun dihadapkan langsung dengan Kolonel Raymer. PIlihan terakhir berada di tangan Tomas selaku pimpinan misi ini. Akankah ia langsung membunuh pimpinan Belanda yg telah menghilangkan nyawa kedua orangtuanya sebagai aksi balas dendam ataukah memaafkannya dan menyerahkannya pada proses hukum internasional?

Secara keseluruhan, ketegangan dalam film ketiga ini tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan film kedua. Cerita lebih lengkapnya dapat disimak di sini dan trailernya dapat dilihat juga di sini. 

Opini Pribadi :

Saya pribadi sangat senang dengan adanya trilogi film ini karena dapat mengingatkan lagi kepada kita tentang gambaran perjuangan para pejuang kemerdekaan yang telah mengorbankan jiwa dan raganya demi kemerdekaan tanah air yang telah kita nikmati saat ini. Apalagi penggambarannya menggunakan teknologi ala Hollywood yang bisa memanjakan mata kita dan ikut merasakannya pula. Bahkan, dalam setiap film ini saya pun ikut meneteskan air mata karena terpengaruh oleh suasana dalam film ini yg didukung oleh musik yg membuat hati kita teriris jika membandingkan kondisi bangsa saat ini yang seolah telah melupakan perjuangan pendahulu kita..Semoga siapa pun yang menyaksikan film ini dapat semakin mencintai bangsanya dan berusaha memberikan yang terbaik untuk Indonesia dengan bidang dan caranya masing-masing :) 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar