Menu

Rabu, 26 Desember 2012

Habibie & Ainun : Sisi Lain dari Tokoh Bangsa yang Jenius

Satu lagi film Indonesia berkualitas yang mewarnai bioskop kita di penghujung tahun ini. Setelah film '5 cm' yang tayang lebih dulu pada tanggal cantik 12.12.12 lalu, sekarang giliran "Habibie Ainun" yang menghiasi layar lebar pada tanggal cantik juga 20.12.2012. Keduanya memberikan kesan tersendiri bagi saya. Banyak hikmah yang diambil dari kedua film yang berhasil menyadarkan para penontonnya untuk selalu berjuang dalam menjalani hidup.

Berbicara tentang sosok seorang Habibie, maka akan banyak bentuk kekaguman yang akan kita terima. Gimana nggak, beliau merupakan salah satu aset bangsa yang sangat menginspirasi generasi setelahnya. Banyak hal yang bisa kita ambil pelajaran dari kehidupan beliau. Sebagai kepala negara, seorang ilmuwan yang ahli pesawat yang sangat cerdas, seorang negarawan, seorang ayah, dan juga seorang suami. Di balik berbagai perannya yang begitu luar biasa, film ini mengangkat sisi humanis dan romantisnya yang jarang diungkapkan ke publik.

Diadaptasi dari bukunya, film ini lebih fokus menceritakan tentang sisi romantisme seorang Habibie bersama Ainun. Dibuka oleh suasana sekolah Rudy (panggilan kecil Habibie) ketika sekelas dengan Ainun lalu dilanjutkan dengan adegan perkuliahan Habibie di Jerman dan pertemuan Habibie di rumah Ainun di Jalan Ranggamalela Bandung beberapa tahun setelahnya. Setelah itu, mereka pun menikah dan Ainun pun menemani suaminya yang tengah menyelesaikan studi S3-nya di Jerman.


Awal-awal kehidupan pernikahan mereka memang tidak mudah. Perbedaan suasana yang dinikmati seorang Ainun antara Jerman dan Indonesia sempat mengecilkan hatinya dan membuatnya ingin kembali ke Indonesia. Tetapi, Habibi berhasil meyakinkan istrinya untuk tetap bertahan disana lewat analogi kehidupannya yang seperti kereta api ketika memasuki sebuah terowongan. Selanjutnya, film ini menceritakan mengenai perjalanan Habibie yang menjadi penemu teori keretakan pesawat dan diakui masyarakat dunia. Sayangnya, prestasi tersebut belum bisa membantu keinginan beliau untuk mewujudkan mimpinya untuk membangun Indonesia. Habibie perlu bekerja keras hingga akhirnya kedutaan besar Indonesia mengizinkan beliau untuk kembali mengabdi di negaranya.

Perjuangan beliau di Indonesia pun tidak mudah. Pada awalnya, Habibie harus merelakan keluarganya hidup di Jerman karena Ainun juga menjadi seorang dokter anak di sana. Hingga akhirnya, beliau pun diangkat menjadi Menteri Pengembangan Riset dan Teknologi (Menristek) oleh presiden Soeharto ketika itu. Kesempatan ini digunakan oleh beliau untuk mewujudkan sumpahnya ketika jatuh sakit pada saat kuliah di Jerman. Di usianya yang ke-21 dan di tengah-tengah perjuangannya melawan penyakit TBC di negeri orang lain, Habibie muda menulis sumpah untuk membangun ibu pertiwi dengan membuat pesawat terbang. Alhamdulillah sumpah tsb berhasil diwujudkan dengan diluncurkannya pesawat terbang pertama dari negeri Indonesia yaitu pesawat Gatotkoco N-250. Meskipun sempat mendapatkan kesangsian dari orang-orang di sekitarnya (baik dari pemerintah maupun dari wartawan), Habibie berhasil membuktikan impiannya itu. Suatu teladan buat kita semua untuk terus memperjuangkan impian kita meskipun tidak ada seorang pun yang mendukung kita.

Selanjutnya, film ini menceritakan tentang kehidupan Habibie di dunia politik dan pemerintahan. Dengan kecerdasan dan kehebatan seorang Habibie, tentunya ada pihak-pihak tertentu yang ingin memanfaatkan beliau dengan cara yang tidak halal. Hal inilah yang membuat Ainun sempat khawatir dengan keterlibatan beliau di dunia politik. Ditambah lagi ketika menjadi presiden, Habibie lebih sering begadang dan tidak mempedulikan kesehatannya sehingga seorang presiden kita yang cerdas ini harus mendapat 'semprotan' dari ibu negara. Dialog yang disampaikannya cukup 'jleb' juga. Ainun berkata pada Habibie "Jika seorang presiden saja tidak mampu memimpin dirinya sendiri untuk menjaga kesehatannya, bagaimana jadinya negara ini jika nanti presidennya jatuh sakit?"

Ending dari film ini ditutup dengen perjuangan Ainun yang mengalami kanker ovarium. Pada adegan2 terakhir ini begitu terlihat besarnya rasa sayang seorang Habibie kepada istrinya. Beliau sampai meminta dokter untuk mengoperasi ibu Ainun berkali-kali hingga ia bisa sembuh. Film ini pun ditutup dengan kepergian ibu Ainun yang memiliki arti sangat mendalam bagi keluarga dan sahabatnya. Di film ini diungkapkan pula puisi dari pak Habibie pada ulang tahun pernikahannya yang ke 48. Para penonton pun dibuat semakin terenyuh dan terharu ketika melihat scene terakhir yang diisi langsung oleh pak Habibie yang sedang mengunjungi makam ibu Ainun.


Secara keseluruhan, banyak sekali hikmah yang didapat dari cerita tokoh bangsa yang jenius ini. Apalagi kisahnya sendiri diungkapkan langsung oleh beliau, di mana kisah cinta para presiden kita yang lain biasanya dituliskan oleh pihak ketiga. Reza Rahadian memainkan peran Habibie dengan baik sekali. Dari gestur tubuh sampai aksen bicara pak Habibie berhasil diperankan dengan baik olehnya. Bahkan, pak Habibie sendiri memberikan nilai summa cum laude pada akting Reza Rahadian. Meskipun alurnya berjalan lambat dan banyak produk sponsor yang begitu mencolok, film ini berhasil mengajarkan kita tentang keteladanan cinta suci Habibie-Ainun, sisi lain dari seorang Habibie yang jarang terungkap.

Scene yang paling berkesan bagi saya adalah ketika Habibie menangisi pesawat yang berdebu di hanggar IPTN. Ketika itu, ia berkata sambil terisak kepada Ainun "aku korbankan 32 tahun umurku untuk ini (truk terbang pesawat Gatotkoco N250), juga waktu untuk istriku dan anakku agar seluruh pulau-pulau di negeri ini terhubung satu sama lain, agar jalur ekonomi dapat hidup, sehingga rakyat Indonesia adil dan sejahtera, tapi penguasa dan rakyat tidak mengerti maksudku..". Sedih dan nyesek sendiri ngeliat adegan ini. Bahkan seorang jenius seperti beliau pun harus menjadi korban dari oknum-oknum tertentu yang tidak suka dengan beliau :(

Film ini juga berhasil memberi kita satu contoh lagi bahwa benar kalau behind a great man, there is always a greater woman. Sosok seorang Ainun yang memiliki peran yang istimewa untuk Habibie selalu mendukung dan menguatkan beliau di saat ia rapuh. Sebuah pelajaran berharga buat saya khususnya dan para perempuan Indonesia lainnya untuk bisa meneladani sikap beliau sebagai seorang istri.. :')

"Terima kasih Allah, Engkau telah lahirkan saya untuk Ainun dan Ainun untuk saya.." (B.J Habibie)
"Someday I will find my Habibie and be someone's Ainun.." (unknown)

Notes :
1. Info lebih lengkap tentang dialog2 di film ini bisa temen2 baca disini
2. Di balik mimpi tentang pembuatan pesawat bisa disimak di sini
3. Di balik kisah romantis Habibi Ainun bisa temen2 cek disini 
4. Tentang industri pesawat terbang yg 'dikotori' campur tangan asing bisa dibaca disini 
5. Tentang Biografi ibu Ainun bisa dinikmati disini
6. Setelah nonton ini, saya jadi pengen baca kedua buku beliau -> "Habibie & Ainun" dan "Detik-Detik yang Menentukan" yg punya bukunya bisa pinjemin ke saya.hehe :)

2 komentar:

  1. Dari Film ini sy jadi kenal dan makin kagum sama sosok habibie. Di flm ini habibi ngajarin cinta, yaitu cnta negara dan cinta rumah tangga.
    cinta sebagai anak bangsa dan cinta sebagai suami dan istri, yg mna merupakan bentuk cinta pada NYA

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya,sepakat..banyak bgt hikmah yg bs diambil dr kisah beliau

      Hapus