Minggu, 24 Juli 2011
Tengoklah ke Dalam
tulisan ini diberikan sewaktu rapat intern salah satu divisi di kepengurusan organisasi masjid SMA oleh kadept kami,tetapi sayangnya sumber tulisannya tidak dicantumkan.Selamat mengambil pelajaran..
Ada sebuah kisah kecil, ketika saya masih aktif bersama teman-teman di organisasi remaja masjid kampung saya. Namun kisah kecil ini telah menjadi ‘prasasti’ indah dalam kehidupan saya sampai sekarang.
Waktu itu, kami sedang giat-giatnya menggelar usaha keagamaan. Tiba-tiba di belakang masjid kami, salah seorang warga membuka rumahnya untuk dijadikan tempat judi togel.
Setiap malam orang-orang ramai berkumpul di situ. Karena dari pihak desa tidak ada reaksi apa-apa terhadap judi itu, maka kami bersepakat untuk negosiasi dengan warga itu. Agar kegiatan yang banyak merugikan masyarakat itu dihentikan saja.
Dengan semangat, kami bersepakat untuk mendatangi tempat tersebut. Namun sebelum berangkat, ada salah satu senior kami yang mengingatkan. Ia berkata pada kami, “ini kerja besar. Ini perjuangan berat. Jangan gegabah kita melangkah. Kita harus lebih siap lagi untuk maju ke medan ‘jihad’ ini. Ada sesuatu yang harus kita laksanakan dulu sebelum kita maju ke sana.”
Senior kami menyarankan agar kami mengoreksi diri dulu. Sudah sejauh mana ibadah harian kita kepada Allah. Sudah sejauh mana komitmen kita terhadap apa yang diperintah-Nya dan apa yang dilarang-Nya.
Akhirnya, selama beberapa hari, kami disarankan untuk sebisa mungkin sholat wajib berjamaah. Kita juga harus bangun malam untuk qiyamul lail. Yang biasanya jarang puasa Senin Kamis, sekarang amalan Nabi itu harus dilaksanakan dengan intensif. Pokoknya, senior kami itu menyarankan agar sebisa mungkin mengaplikasikan bentuk ketakwaan dan keimanan kepada Allah swt. Tidak hanya bentuk “amar ma’ruf” saja, tapi mesti diiringi juga dengan “nahi munkar”. Seperti yang masih merokok untuk segera meninggalkan perbuatan mubah itu.
Beberapa hari kemudian, saat hari H sudah tiba, kami berkumpul lagi. Namun kami tidak jadi menemui Bandar togel itu. Sebab, dengan izin Allah, orang itu sudah menutup total usahanya. Rupanya ia sudah kembali berprofesi seperti biasa, yaitu kuli bangunan. Kami merasa gembira sekali. Dan semua ini sudah jelas merupakan pertolongan dari Allah swt. Entah apa yang terjadi seandainya kami menyikapi perbuatan salah seorang warga di dekat masjid itu dengan emosional pada waktu itu, tanpa mengindahkan nasehat senior kami.
Apakah ini sebuah kemenangan sebelum bertanding? Tidak juga. Sebab kami telah berjuang dulu, berjuang
menaklukkan nafsu diri. Bukankan ini juga jihad besar?
Pantas jika sahabat Umar ra, sebelum berangkat perang dengan orang kafir, selalu memeriksa pasukannya sedetil mungkin. Mereka yang malamnya tidak qiyamul lail, sementara jangan ikut ke medan jihad dulu. Kata khalifah kedua itu : “Saya tidak takut dengan musuh yang banyak, tapi saya lebih takut kepada banyaknya dosa yang kita bawa. Sehingga kita akan kesulitan mendapatkan pertolongan dari Allah swt.”
Dan sejarah juga mencatat gemilangnya perang Badar bagi kaum muslimin. Padahal perbandingan jumlah pasukan antara kaum muslimim dan kafir sama sekali tidak seimbang. Tentu sudah bisa dipastikan bahwa salah satu faktor kemenangan kaum muslimin adalah karena kualitas iman orang muslim masa itu yang sangat prima. Dan tentunya sangat minim dengan dosa-dosa. Tidak seperti kami di jaman ini.
Saya hanya bisa berpikir, seandainya saya, keluarga saya, lingkungan saya, atau skup yang lebih luas lagi negeri saya, dalam mengatasi masalah berkiblat dengan cara mereka, mungkin Allah pun akan memberi kemudahan dalam mengatasi berbagai masalah.
Ya, tentunya harus dimulai dari pribadi masing-masing. Sebab, tak mustahil, bahwa saya, kita-kita inipun ternyata ada dalam barisan orang-orang yang menghambat pertolongan Allah.
Sampai sekarang pesan senior kami di organisasi remaja masjid bertahun-tahun lalu itu, selalu terngiang di telinga saya, manakala ada sesuatu pekerjaan yang harus berhubungan dengan orang banyak. Pesan yang pendek, namun sangat berarti : “bacalah dirimu sebelum kau baca orang lain!” atau dalam bahasa popular penyanyi balada Ebiet G Ade : “ ‘tengoklah ke dalam’, sebelum bicara”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar