"Kata itu melekat pada nama Allah : Asy Syahid : Yang Maha Menyaksikan dan Disaksikan. Dia menyaksikan segala sesuatu. Tidak dibatasi dengan ruang dan waktu. Allah hadir, tidak gaib dari segala sesuatu. Sekaligus menjadi saksi segala sesuatu. Seorang Musllin yang gugur dalam kepentingan agama Allah disebut syahid karena malaikat menghadiri kematiannya.."
"Permasalahannya, manusia sering menganggap hidupnya begitu panjang sehingga sibuk memikirkan apa-apa yang hendak mereka lakukan. Padahal, di hadapan sejarah, berapa sebenarnya nilai riwayat hidup kita? Bahkan, jika engkau berumur 100 tahun sekalipun, engkau hanya titik dibanding bentangan sejarah yang akan diketahui oleh generasi yang kelak menggantikan kita.."
(ujar Muhammad kepada Elyas)
Kedua kalimat tersebut disampaikan oleh Muhammad, seorang pemuda Muslim yang bargabung dengan pasukan panglima Amr bin Ash, utusan dari Khalifah Umar bin Khattab yang akan menaklukkan Mesir. Di balik kesederhanaan dan kebijaksanaan seorang Khalifah Umar bin Khattab, telah banyak wilayah-wilayah di luar Arab yang ditaklukkan oleh pasukan terpilih beliau. Diantaranya ialah Mesir, Persia, dan Romawi. Dalam novel biografi ketiga ini banyak dikisahkan tentang cerita di balik sejarah penaklukkan negara-negara besar tersebut. Bagaiman strategi yang diterapkan oleh khalifah dan pasukan Muslim, Apa yang membuat penduduk yang ditaklukkan ingin bersekutu dengan pasukan Islam, serta bagaimana perlakuan khalifah terhadap masyarakat yang dipimpinanya, baik yang muslim maupun tidak, dibahas dengan detail disertai dengan bahasa-bahasa indah nan puitis ala Tasaro GK dalam kisah Sang Pewaris Hujan ini.
Buku Ketiga : Sang Pewaris Hujan |
Secara keseluruhan buku ketiga ini membahas tentang kehidupan umat Muslim di bawah kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab. Kekhawatiran beliau terhadap rakyatnya benar-benar digambarkan dengan indah melalui kisah gerilya beliau di malam hari yang menolong langung penduduknya yang sedang melahirkan. Diceritakan pada sub bab "Penali Nasab Suci" kisah tersebut menggambarkan bagaimana perjuangan Khalifah Umar untuk memastikan tiada rakyatnya yang kesulitan di tengah-tengah kekhalifahan beliau. Sungguh sebuah keteladanan yang semakin sulit ditemukan di masa sekarang.
Selain itu, salah satu keunggulan dan keseruan cerita ini dibandingkan dua buku pendahulunya ialah mengenai kisah peperangan yang kembali disajikan dengan tulisan yang mampu menyihir para pembacanya. Jika buku pertama menggambarkan peperangan pasukan Muslim melawan pasukan Kafir yang menentang Rasulullah, buku kedua mengisahkan peperangan internal saudara-saudara di kerajaan Persia untuk merebut kekuasaan Khosrou, maka pada buku ketiganya menggambarkan strategi perang pasukan Muslim dalam menaklukkan kerajaan Romawi. Membaca kisah tersebut, ibarat sedang menyaksikan film kolosal seperti 300 dan Kingdom of Heaven dalam versi tertulisnya. Bahkan keseruan adegan peperangan tersebut sepertinya mengalahkan adegan Battle of Hogwarts atau Avengers End Game melawan Thanos.😁
Menariknya lagi, di balik kemenangan-kemenangan tersebut, kehidupan sang Khalifah tetap bersahaja dan jauh dari kemewahan sebagaimana tulisan ini..
"Kedatangan sang Khalifah yang menjadi syarat utama jika Palestina hendak menyerah, adalah kehadiran penguasa paling senyap sepanjang sejarah. Seekor keledai melenggang perlahan menuju Bukit Golgota, dengan seorang tua yang berjalan di depannya. Seorang lagi berjalan mengiringi, sembari menarik tali kekang keledai dan menebar senyumnya ke orang-orang yang berjejalan.. Inikah lelaki yang paling berkuasa di Timur dan Barat? Penakluk Persia dan Romawi?
Semakin kita baca, semakin banyak hati yang terenyuh menyaksikan betapa hebatnya kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab dibandingkan dengan kekuasaan para pemimpin masa kini..😕
Lalu,,yang paling kita tunggu-tunggu,,bagaimanakah kelanjutan kehidupan Kashva di tengah kepemimpinan Umar bin Khattab ini? Akankah akhirnya Kashva menemukan orang-orang yang disayanginya kembali? Berhasilkah Kashva mendapatkan jawaban dari pencariannya selama ini?