Menu

Minggu, 27 Juni 2021

Muhammad - Sang Pewaris Hujan : Kisah Epik Penaklukan Negara Adidaya di Bawah Kepemimpinan Umar bin Khattab

 "Kata itu melekat pada nama Allah : Asy Syahid : Yang Maha Menyaksikan dan Disaksikan. Dia menyaksikan segala sesuatu. Tidak dibatasi dengan ruang dan waktu. Allah hadir, tidak gaib dari segala sesuatu. Sekaligus menjadi saksi segala sesuatu. Seorang Musllin yang gugur dalam kepentingan agama Allah disebut syahid karena malaikat menghadiri kematiannya.." 

"Permasalahannya, manusia sering menganggap hidupnya begitu panjang sehingga sibuk memikirkan apa-apa yang hendak mereka lakukan. Padahal, di hadapan sejarah, berapa sebenarnya nilai riwayat hidup kita? Bahkan, jika engkau berumur 100 tahun sekalipun, engkau hanya titik dibanding bentangan sejarah yang akan diketahui oleh generasi yang kelak menggantikan kita.."

         (ujar Muhammad kepada Elyas)

Kedua kalimat tersebut disampaikan oleh Muhammad, seorang pemuda Muslim yang bargabung dengan pasukan panglima Amr bin Ash, utusan dari Khalifah Umar bin Khattab yang akan menaklukkan Mesir. Di balik kesederhanaan dan kebijaksanaan seorang Khalifah Umar bin Khattab, telah banyak wilayah-wilayah di luar Arab yang ditaklukkan oleh pasukan terpilih beliau. Diantaranya ialah Mesir, Persia, dan Romawi. Dalam novel biografi ketiga ini banyak dikisahkan tentang cerita di balik sejarah penaklukkan negara-negara besar tersebut. Bagaiman strategi yang diterapkan oleh khalifah dan pasukan Muslim, Apa yang membuat penduduk yang ditaklukkan ingin bersekutu dengan pasukan Islam, serta bagaimana perlakuan khalifah terhadap masyarakat yang dipimpinanya, baik yang muslim maupun tidak, dibahas dengan detail disertai dengan bahasa-bahasa indah  nan puitis ala Tasaro GK dalam kisah Sang Pewaris Hujan ini. 


Buku Ketiga : Sang Pewaris Hujan

Secara keseluruhan buku ketiga ini membahas tentang kehidupan umat Muslim di bawah kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab. Kekhawatiran beliau terhadap rakyatnya benar-benar digambarkan dengan indah melalui kisah gerilya beliau di malam hari yang menolong langung penduduknya yang sedang melahirkan. Diceritakan pada sub bab "Penali Nasab Suci" kisah tersebut menggambarkan bagaimana perjuangan Khalifah Umar untuk memastikan tiada rakyatnya yang kesulitan di tengah-tengah kekhalifahan beliau. Sungguh sebuah keteladanan yang semakin sulit ditemukan di masa sekarang.

Selain itu, salah satu keunggulan dan keseruan cerita ini dibandingkan dua buku pendahulunya ialah mengenai kisah peperangan yang kembali disajikan dengan tulisan yang mampu menyihir para pembacanya. Jika buku pertama menggambarkan peperangan pasukan Muslim melawan pasukan Kafir yang menentang Rasulullah, buku kedua mengisahkan peperangan internal saudara-saudara di kerajaan Persia untuk merebut kekuasaan Khosrou, maka pada buku ketiganya menggambarkan strategi perang pasukan Muslim dalam menaklukkan kerajaan Romawi. Membaca kisah tersebut, ibarat sedang menyaksikan film kolosal seperti 300 dan Kingdom of Heaven dalam versi tertulisnya. Bahkan keseruan adegan peperangan tersebut sepertinya mengalahkan adegan Battle of Hogwarts atau Avengers End Game melawan Thanos.😁

Menariknya lagi, di balik kemenangan-kemenangan tersebut, kehidupan sang Khalifah tetap bersahaja dan jauh dari kemewahan sebagaimana tulisan ini..

"Kedatangan sang Khalifah yang menjadi syarat utama jika Palestina hendak menyerah, adalah kehadiran penguasa paling senyap sepanjang sejarah. Seekor keledai melenggang perlahan menuju Bukit Golgota, dengan seorang tua yang berjalan di depannya. Seorang lagi berjalan mengiringi, sembari menarik tali kekang keledai dan menebar senyumnya ke orang-orang yang berjejalan.. Inikah lelaki yang paling berkuasa di Timur dan Barat? Penakluk Persia dan Romawi?

Semakin kita baca, semakin banyak hati yang terenyuh menyaksikan betapa hebatnya kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab dibandingkan dengan kekuasaan para pemimpin masa kini..😕

Lalu,,yang paling kita tunggu-tunggu,,bagaimanakah kelanjutan kehidupan Kashva di tengah kepemimpinan Umar bin Khattab ini? Akankah akhirnya Kashva menemukan orang-orang yang disayanginya kembali? Berhasilkah Kashva mendapatkan jawaban dari pencariannya selama ini?

Sebenarnya banyak sekali kejutan yang diberikan Abah Tasaro GK tentang kehidupan Kashva di buku ketiga ini. Setelah akhirnya Kashva berhasil mengunjungi biara di Suriah yang menjadi tempat Elyas mengirimkan surat-suratnya untuk Kashva, ia berhasil menemukan Bar Nasha yang kini menjaga biara tersebut. Kali ini, Bar Nasha berhasil menunjukkan hubungan Kashva dengan teman-teman diskusinya selama ini yaitu Elyas dari Suriah, Biksu Tashidelek serta hubungannya dengan mereka semua.

Selain itu, untuk pertama kalinya, akhirnya perjalanan Kashva bersinggungan bahkan terlibat langsung dengan masa pemerintahan Khalifah Umar. Kashva akhirnya berhasil menuju Madinah didampingi oleh Bar Nasha yang kelak akan berjasa untuk membantu Kashva menemukan jejak masa lalunya yang ditinggalkan di Persia. Ia pun merasakan pengaruh besar dari kejayaan Islam yang dirasakan secara personal lewat petualangan-petualangan Kashva pada buku ini. Dari mulai menikmati suasana ramah dan terbuka di Pasar Madinah, berkenalan dengan dua orang Muslim yang nantinya akan membuka wawasan Islam bagi diri Kashva, membantu masyarakat Kristen Koptik yang menjadi tempat persinggahannya setelah pulang dari Madinah, hingga akhirnya terlibat dalam peperangan melawan pasukan Romawi di Mesir. 

Tidak hanya tentang Kashva, dalam buku ini juga diceritakan bagaimana kehidupan Astu setelah berhasil menyelamatkan diri dari peperangan di Koshrou ketika ia menjadi pemimpin pasukan elit sebagai seorang Atusa. Ia kini membuka usaha Kurir Gathas (semacam jasa ekpedisi seperti JNE, Tiki, dsb pada masanya). Harapan ia membuka usaha tersebut adalah semoga ada seseorang dari masa lalunya atau orang-orang lain yang membawa kabar mengenai kelanjutan kisah Kashva dan Mahsya (kakaknya) atau bahkan yang paling ia harapkan ialah kehadiran Xerxes, anak lelaki tercintanya yang akan kembali datang untuk menemuinya. Dan lagi-lagi, kita diberi kejutan di sini dengan kehadiran seseorang yang membantu Khanum Astu menjalani usahanya tersebut. Siapakah dia?

Overall, 5 bintang masih sangat layak untuk perjalanan panjang kisah Kashva dan kekhalifahan Umar bin Khattab yang tertulis di buku ini. Salut untuk Tasaro Gk  yang berhasil "menyihir" kita semua untuk menikmati tulisan-tulisan indah nan puitis namun tetap sarat makna dan berhasil membuat kita terpesona dengan sejarah Islam dan perabadaban dunia yang pernah terjadi di masa itu. Banyak tokoh-tokoh baru dalam novel ini tetapi ceritanya semakin melengkapi dunia besar yang diciptakan dari tetralogi buku Muhammad saw. Semakin membacanya, semakin membuat kita terlarut dan bersemangat untuk mengembalikan kejayaan Islam dan meneladani kisah-kisah penuh makna di dalamnya.. Barakallah Tasaro dan tim Bentang Pustaka :))

Untuk kisah mula tetralogi ini bisa disimak di sini yaa

1 komentar: