Menu

Kamis, 05 April 2012

The Raid : Islam dan Silat


Dua kata lainnya selain dua kata yang disebutkan dalam judul ini bagi saya adalah Penasaran dan Mengagumkan. Akibat adanya rasa penasaran saya dengan film Indonesia pertama yang meraih penghargaan di luar negeri jauh sebelum filmnya ditayangkan di negeri ini, saya pun berniat untuk segera menyaksikannya di bioskop. Ditambah lagi, selama saya hidup, film ini juga jadi film pertama yang serentak ditayangkan di luar negeri. Gak hanya di Indonesia tapi juga di New York, Los Angeles, Chicago, San Fransisco, Washington DC, dan ke kota-kota lain di Amerika Serika dan juga diputar di Australia, Kanada, Prancis, dan Jerman.  Apalagi film ini memperkenalkan budaya Indonesia bagi masyarakat lain di luar sana. Selama saya memperhatikan film ini, Islam dan Silat-lah yang menjadi nilai tambah lain yang menarik perhatian saya dibandingkan dengan sisi actionnya yang benar-benar membuat mata kita tidak berkedip.Hal inilah yang membuat saya terus terkagum-kagum ketika mengingat adegan film The Raid ini.

Film ini dibuka dengan adegan Rama (Iko Uwais) yang sedang melaksanakan shalat Subuh dan beberapa pemanasan lainnya untuk menghadapi hari penyergapan tim polisi terhadap bandar narkoba sekaligus penjahat dan pembunuh ini yang dipimpin oleh Tama (Ray Sahetapy). Setelah berpamitan dengan istrinya, adegan berpindah ke scene di dalam mobil khusus dimana Rama dan anggota pemula lainnya sedang di-briefing oleh pemimpinnya. Sebelum melekukan penyergapan ke dalam apartemen tempat boss mafia ini berada, tim polisi ini dibagi menjadi 2 kelompok. Sampai mereka bertemu kembali di dalam apartemen, operasi berjalan lancar dan sesuai harapan. Hingga akhirnya penyergapan mereka dikacaukan oleh laporan seorang anak muda yang membuat kepanikan dan ketegangan film ini semakin memacu adrenalin kita.


Melihat kerajaannya yang semula sunyi senyap dan penuh kedamaian versi boss mafian ini diganggu oleh pasukan tamu tak diundang, hati sang bos pun tidak tenang. Didampingi oleh kedua tangan kanannya, Andi (Donny Alamsyah) dan Mad Dog (Yayan Ruhiyan) , sang bos pun meminta bantuan lain utk menghabisi para tamu tersebut. Akhirnya, film ini pun menjadi semakin seru karena para penonton akan disuguhkan adegan-adegan laga antara para penjahat dan polisi dengan aksi yang tak terduga. Berbagai macam pertempuran yang membuat nafas kita tertahan ini dihiasi dengan adegan tembakan, silat, dan cipratan darah dimana-mana. Dari tembakan lewat snipper yang dapat memborbardir lawan dari jarak jauh, pisau yang menyayat tubuh-tubuh lawan, sampai aksi sparing 2 banding 1 antara Mad Dog dan 2 tokoh utama dalam film ini.


Konflik yang muncul pun beraneka ragam. Bukan hanya sekedar penyergapan tim polisi dengan bandar mafia narkoba tetapi juga bumbu-bumbu lainnya yang biasa terlihat dari suatu film. Adanya pengkhianat dari tubuh polisi sendiri dapat meningkatkan rasa penasaran para penonton meskipun jawabannya tidak terlalu dijelaskan di akhir cerita. Konflik yang paling menarik perhatian saya adalah adanya rasa persaudaraan diantara Rama sebagai tokoh utama film ini dengan Andi sang tangan kanan mafia yang keduanya membela satu sama lain di sepanjang film. Di samping itu, meskipun secara keseluruhan film ini bersifat gelap dan cukup sadis dengan kekerasan yang terjadi di dalamnya, terdapat beberapa adegan dan dialog yang dapat membuat kita tertawa karena kepolosan celetukan yang dikeluarkannya. Misalnya saja adegan Rama yang masuk ke dalam kamar salah seorang penghuni apartemen sambil berantem dengan penjahatnya tapi hanya ditanggapi dengan dingin oleh sang perempuan sementara pasangannya terkaget-kaget karena ada polisi dan penjahat yang memasuki kamar mereka.

Dibandingkan dengan film action internasional yang memiliki banyak setting dan ditemani keunggulan teknologi tinggi, film The Raid ini memiliki fokus utama yang cukup simpel tapi berhasil dibuat menarik dengan aksi laga di dalamnya, yaitu bagaimana caranya supaya sang bos mafia itu berhasil ditangkap dan akankah semua tim polisi berhasil selamat keluar dari apartemen tersebut. Seperti yang dapat ditebak, aksi Iko Uwais di film ini mampu menghipnotis kita dan menjadi tokoh jagoan yang berhasil mengalahkan banyak lawan dan menyelamatkan pemimpinnya.

Yang menarik disini adalah sikap Rama yang mampu mengalahkan lawan-lawannya tersebut karena memiliki 2 kelebihan yang diungkapkan pada judul ini : Islam dan Silat. Meskipun terlihat simpel dan mungkin biasa saja bagi penonton lainnya, adegan Shalat Subuh yang menjadi pembuka film ini memiliki kesan mendalam bagi saya. Apalagi film ini ditayangkan di dunia internasional. Saya pikir dengan adanya adegan tersebut dapat menghilangkan asumsi masyarakat di luar sana yang masih mengaitkan antara Islam dengan teroris. Jika dulu film-film tokoh yang ada adegan shalat atau takbirnya dikatakan teroris, maka di film ini, tokoh tersebut beraksi menjadi jagoan dan mengalahkan penjahat-penjahat yang ada dengan rasa kemanusiaan dan kecerdasan yang tinggi. Tokoh Rama disini tidak sekedar jago silat juga tapi juga menolong penghuni apartemen dan teman-temannya yang terluka serta mampu mengobatinya.



Di sisi lain, adegan silat menjadi inti dari laga film The Raid ini. Dengan misi untuk memperkenalkan budaya silat ke dunia internasional, saya rasa tim Merantau Film berhasil mewujudkannya. Apalagi kesuksesan The Raid sudah melampaui film pertama yang diproduksinya, Merantau. Silat sendiri juga cukup berbeda dengan bela diri lainnya sehingga dengan adanya film ini diharapkan makin banyak juga masyarakat yang mengenal silat dan mendalaminya

Sementara itu, salah satu dialog favorit saya yang juga menjadi kunci dari ending film ialah ketika Rama “ditangkap” Andi untuk segera meninggalkan apartemen ini. Ketika itu, Andi menyuruh Rama untuk segera pergi dan mengganti seragam polisinya. Tapi Rama menolak dan mengatakan “ini pas buat gue!” dan memang Iko Uwais memang pantas memerankannya di film ini :). Di akhir cerita, Andi pun berhasil mengantarkan Rama meninggalkan apartemen tapi tidak begitu dengan Rama. Rama tidak berhasil membawa abangnya pulang karena alasan yang sama, Andi merasa pas dengan tempatnya sekarang, di apartemen itu, dengan para pelaku kriminal yang lain. Ironis memang. Tapi inilah ending yang menarik, karena pada akhirnya kakak beradik ini menghargai pilihannya masing-masing, meskipun salah satu dari mereka memilih tempat yang salah. 

1 komentar:

  1. saya berharap di serial berikuntnya pertarungan antara andi dan rama..hmm...

    btw film ini film action indonesia pertama yang buat saya kagum abis..sisi emosionalny ada, actionny pasti, juga karakter tokoh2nya..!

    sukses film indonesia

    BalasHapus