Menu

Rabu, 24 Oktober 2012

Berhutang Bukan Sekedar Mitos

Minggu - minggu awal perkuliahan saya di IEF (Islamic Economics and Finance) Trisakti ini, para mahasiswanya diberi banyak gambaran dan pola pikir bahwa yang namanya ekonomi konvensional itu pada dasarnya merupakan suatu bentuk konspirasi dunia untuk menutupi fakta kehebatan ekonomi Islam yang pernah berjaya selama 14 abad. Yang menarik ada 2 hal yang sering didiskusikan di kelas mengenai bentuk "pengaburan" oleh para ekonom Barat yaitu mengenai Hutang dan Riba. Untuk tulisan kali ini, kita bahas tentang hutang dulu yuk..

Berbicara tentang hutang, tentunya kita jadi inget sama persamaan akuntansi yang bilang klo yang namanya Aktiva (Aset) = Kewajiban (Hutang) ditambah Ekuitas (Modal). Jadi secara ga langsung, ilmu ini ngajarin klo pada dasarnya berhutang untuk membeli aset baru bagi perusahaan itu sah-sah aja. Malah dalam ilmu konvensional ini, udah jadi hal yang wajar jika sekian banyaknya aset yang dimiliki mampu dibeli dengan sejumlah utang yang kita punya. Jadinya ga heran kalau mayoritas pola pikir masyarakat kita sekarang ini lebih suka berhutang dulu untuk ngedapetin sesuatu baik untuk konsumsi pribadi (beli rumah, mobil, motor,dkk) sampai utk kegiatan bisnis (beli peralatan, mesin,,dkk). 


Ditambah lagi sekarang banyak bank yang menawarkan kredit dengan bunga rendah atau cicilan rendah. Yang ada masyarakat jadi ketergantungan sama hutang dan menikmati barang2 yang mereka punya dengan cara berhutang. Padahal kan kenikmatan berhutang itu cuma sesaat dan tentunya kenikmatan pribadi (di ekonomi dikenal dengan istilah utilitas) mengkonsumsi barang yang dibeli pake uang sendiri (tanpa hutang) tentunya jauh lebih tinggi daripada mengkonsumsi barang dengan hutang. Apalagi klo pinjemnya ke bank konvensional, udah bunganya tinggi, kadang2 kita juga blm bisa menuhin pokoknya..jadi yang ada hutang tsb akan terus "meneror" kita dengan tambahan bunga yang berkali lipat.

Yang makin ironis lagi adalah saat ini negeri kita tercinta udah dililit hutang sekian ratus triliyun (lupa angka pastinya) yang bikin setiap generasi kita yang baru lahir udah terkena jatahnya untuk bisa menutupi hutang negara. Hal itu juga bisa jadi karena adanya ketergantungan pemerintah sama pemilik modal asing yang bikin kita jadi sulit untuk menutupinya. Trus yang makin ironisnya lagi dalam ilmu manajemen keuangan konvensional udah banyak penelitian yang berhasil membuktikan bahwa hutang mempengaruhi tingkat laba yang diperoleh perusahaan. Hubungannya pun berbanding lurus. Artinya semakin banyak hutang yang dimiliki oleh perusahaan akan semakin besar pula tingkat profit yang mereka dapetin. Ngeri ya. Apalagi hal ini juga sempet disimulasiin juga di kelas. Jadi ga aneh klo makin banyak orang yang terbius dengan ilmu ini ditambah lagi ilmu ekonomi yg dipelajarin di kelas mayoritas kiblatnya dari Barat :(
sumber : Massachusetts Real Estate News

Terus, bagaimana pandangan Islam tentang hutang? Dosen saya berhasil bikin kesimpulan yang menarik. Kata beliau "Jika konvensional memandang hutang sebagai suatu kekuatan untuk mendapatkan aset (harta), maka Islam memandang hutang sebagai ciri orang lemah karena ia tidak mampu membiayai dirinya sendiri." Hmm,menarik kan? Ada 2 pendapatan yang kontradiktif antara konvensional dengan syariah itu sendiri. Kalau kita mau liat lebih jauh ke zaman Rasulullah, memang ada cerita klo "hutang bisa menyebabkan seseorang nyaris tidak dishalati jenazahnya ketika ia meninggal karena adanya hutang yang belum lunas hingga akhirnya ada orang lain yg menjamin pelunasan hutang jenazah tsb". Ga mau kan ketika kita meninggal nanti ruh kita terhambat kyk gitu? Dalam Islam sendiri juga dikenal istilah ghanimah (orang yang terlilit hutang) sebagai salah satu golongan yang berhak mendapatkan zakat sehingga mereka membutuhkan bantuan terhadap kondisi keuangan mereka.

Balik lagi ke judul. Jadi yang dimaksud berhutang bukan sekedar mitos itu adalah bahwa memang "berhutang" pada dasarnya merupakan rekayasa kaum Barat (atau lebih spesifiknya lagi suatu kaum yang memang berniat untuk membuat tatanan dunia baru) untuk menguasai dunia. Mereka membantu negara yang lemah ekonominya dengan memberikan pinjaman sehingga menimbulkan tingginya tingkat hutang dan tingkat ketergantungan negara berkembang kepada pihak asing. Tingkat ketergantungan dan tingkat hutang yang begitu besar inilah yang menjadi dasar bagi mereka untuk melakukan perjanjian diplomasi sehingga bisa menguasai negara berkembang tadi.

Dalam Protokol of Zionis pun juga dijelaskan bahwa sarana paling efektif untuk menundukkan semua umat manusia di bawah kekuasaannya dengan kekuatan uang. Berikut ini beberapa poin yang menjelaskan tentang rencananya :

Butir 3 : "Kekuatan uang selalu bisa mengalahkan segalanya. Agama yang bisa menguasai rakyat pada masa dahulu, kini mulai digulung dengan kampanye kebebasan. Namun rakyat tidak tahu harus mengapa dengan kebebasan itu. Itulah tugas konspirasi untuk mengisinya demi kekuasaan, dengan kekuatan uang."

Butir 8 : "Beberapa sarana untuk mencapai tujuan adalah : minuman keras, narkotika, perusakan moral, seks, suap (uang), dan sebagainya. Hal ini sangat penting untuk menghancurkan norma-norma kesusilaan masyarakat. Untuk itu, konspirasi harus merekrut dan mendidik tenaga-tenaga muda untuk dijadikan sarana pencapaian tujuan tersebut"

Butir 11 : "Perang yang dikobarkan konspirasi secara diam-diam harus menyeret negara tetangga agar mereka terjebak utang. Konspirasi akan memetik keuntungan dari kondisi ini." 

Butir 19 : Konspirasi akan menciptakan diplomat-diplomatnya untuk berfungsi setelah perang usai. Mereka akan menjadi penasihat politik, ekonomi, dan keuangan bagi rezim baru dan juga di tingkat internasional. Dengan demikian, konspirasi semakin bisa menancapkan kukunya di balik layar."

Butir 21 : "Penguasaan kekayaan alam negeri-negeri non-Yahudi mutlak dilakukan"

Serem juga ya ngebacanya. Butir-butir lengkapnya bisa dibaca di sini. Jadi, masih maukah kita diperdaya dengan kenikmatan sesaat dari hutang yang kita punya? Semuanya kembali ke diri kita masing-masing..Semoga bermanfaat :)

referensi  :
Materi kuliah Semester 1 IEF Trisakti
Majalah Era Muslim Digest edisi "Satanic Finance"

2 komentar:

  1. boleh sy bertanya ?
    bgaimana islam memandang kredit misalnya kredit rumah, motor?
    yg ini bda konteks y, tbaru baru ini sya hobi mengumpulkan dinar sebab dari refrensi yg sy bca merpakan sunnah. namun sy mash meniatkan sbgai investasi pdahal dinar seharusnya menjadi alat tukar. gmn nh mnurut mahasiswa ekonomi syariah,,,mksh jwabnnya:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. sbenernya Islam tdk melarang utk berhutang selama yg berutang ini mampu utk memenuhi kwajibannya dan menggunakannya sesuai kebutuhan (ga sampe over yg bs bkin ia mendzalimi diri sndiri dan org lain)

      utk dinar, selama ia tdk digunakan sbagai alat tukar (krn d pemerintahan qta msh menggunakan uang kertas dan logam sbagai alat tukar), bisa digunakan utk investasi jangka panjang

      Hapus