Dalam dua hari terakhir ini, saya mendapatkan berita yang sama-sama mengejutkan saya di pagi hari. Keduanya disampaikan via media sosial oleh orang lain. Keduanya sama-sama menandakan suatu awal peristiwa baru bagi perjalanan hidup seseorang. Tapi yang membedakannya ialah reaksi dari kedua kabar tersebut. Yang satu membawa kebahagiaan bagi orang-orang yang mendengarnya dan terkadang menimbulkan keinginan untuk menyusul mereka. Tapi kabar yang satu lagi cenderung membuat kita tertunduk menahan kesedihan dan merenungi kehidupan ini, namun berbeda dengan kabar sebelumnya, kali ini, sedikit sekali yang memikirkan kapan waktu dirinya menyusul pemilik berita tersebut. Kabar sebelumnya tentang bersatunya dua keluarga dalam sebuah ikatan pernikahan sementara yang terakhir merupakan kabar berpindahnya seseorang dari dimensi waktu dunia menuju alam kubur yaitu kematian.
Berbicara tentang kematian tentunya menjadi suatu hal yang membuat kita menjadi semakin sedih dan speechless sendiri, terutama ketika sang pemilik berita meninggalkan dunia ini dengan cara yang tak terduga dan tiba-tiba. Masih jelas dalam ingatan kita tentang kepergian beberapa tokoh yang begitu mendadak akibat terkena serangan jantung atau kecelakaan. Dan bagi kita yang ditinggalkan mereka, selalu ada cerita tersendiri di balik kisah kepergiannya dan hikmah yang membuat kita semakin tersadar akan waktu yang begitu terbatas ini.
Pagi itu, seperti biasanya, saya mengamati info2 menarik di dunia twitterland dalam ketika sedang di angkot atau di jalan. Secara ga langsung, saya membaca info perjalanan KRL yang dikicaukan oleh para penggunanya. Jika biasanya saya mendapatkan info jadwal keberangkat KRL di beberapa daerah tertentu, kali ini saya shock sesaat ketika membaca kicuan dari salah satu penumpang. "Terjadi kecelakaan motor yang keserempet KRL di Stasiun Pondok Cina. Korban tewas seketika" Begitulah kira-kira isi pesan yang saya baca. Karena penasaran, saya pun langsung menuju pemilik akun twitter yg di-retweet secara otomatis dari official twitter commuter line KAI. Ternyata disana disampaikan perasaan saksi mata yg menjadi penumpang di TKP. Dalam kicauannya, dia bercerita klo dia sempet trauma ga mau berdiri di sekitar jendela karena melihat dengan jelas kecelakaan tersebut. Saya jadi speechless dan ga tenang juga ngebacanya karena saya juga pernah berada di posisi yg sama dgn saksi mata tadi yaitu ketika dahulu kala, angkot yang saya tumpangi secara tidak sengaja jg menyerempet motor yg lewat sementara saya sedang melihat kejadian itu dengan jelas melalui sisi jendela.