Terpesona, bersemangat, dan penuh rasa penasaran
Itulah 3 kata yang menggambarkan perasaan saya ketika menikmati sajian kisah petualangan seorang Majusi yang harus meninggalkan negerinya karena tingginya rasa ingin taunya untuk mencari tau sosok nabi terakhir yang dijanjikan oleh para ahli kitab dalam berbagai agama. Pencarian panjang ini juga diselingi dengan kisah Nabi Muhammad dan para sahabat di tanah Arab dengan sudut pandang orang kedua sehingga seolah-olah kita sebagai pembaca ikut terlibat di dalamnya dan merasakan berbagai kegelisahan Rasulullah sang pemimpin Umat.
Dikisahkan dengan alur maju
mundur, “Tasaro GK bagai memimpin tur spiritual ke pelosok Persia dan Arab di
abad VII”. Begitulah pendapatan dari A.Fuady, seorang penulis dari trilogi
Negeri Lima Menara. Sejak awal cerita, pembaca sudah disungguhkan suasana
random dari berbagai wilayah yang berdiskusi kedatangan nabi terakhir sesuai
dengan kepercayaan dan latar belakang masing-masing. Dimulai dari sebuah rumah
di Persia yang membicarakan Astvat-ereta; perbincangan tentang Buddha Maitreya
di sebuah kaki gunung pada daerah Tibet; kelahiran Bar Nasha yang dibahas di
tengah gurun sekitar Laut Merah; kehadiran Malechha Dharma yang didiskusikan
oleh guru dan murid di daerah Indian; lalu memasuki daerah Nusantara di mana
terjadi percakapan diantara para pedagang mengenai kehadiran seorang pembebas
manusia dari penderitaan yang disebutkan semacam Maharishi; dan ditutup oleh
pembuktian tentang kehadiran lelaki mulia di jazirah Arab. Berbagai sosok yang
dijelaskan dalam kisah yang beraneka ragam itu menjurus pada seseorang yang
sama yaitu Rasulullah saw.